Tujuh tewas dalam tanah longsor Indonesia
PADANG: Tujuh orang tewas dalam tanah longsor yang dipicu oleh badai lebat di pulau Sumatera, Indonesia, kata pihak berwenang, ketika mereka memperingatkan bahwa hujan yang terus berlanjut dapat menyebabkan pergerakan tanah lebih lanjut pada Jumat (1 Oktober).
Sehari setelah tanah longsor melanda dua rumah yang berdekatan di kabupaten Padang Pariaman pada hari Rabu, tujuh mayat ditarik keluar dari lumpur, Menurut Berita Terbaru sementara satu orang diselamatkan hidup-hidup dengan patah tulang.
“Semua korban telah ditemukan setelah kami dapat menggunakan alat berat kemarin sore,” kata pejabat badan penanggulangan bencana setempat Rumainur, yang seperti kebanyakan orang Indonesia hanya memiliki satu nama, kepada AFP, Jumat.
Pihak berwenang memperingatkan warga untuk tetap waspada karena hujan lebat di daerah itu akan berlanjut hingga Sabtu.
“Harap waspada terhadap bahaya gerakan tanah yang dipicu oleh curah hujan,” kata juru bicara Badan Nasional Penanggulangan Bencana Abdul Muhari dalam sebuah pernyataan Jumat.
Gambar handout yang diambil dan dirilis pada 1 Oktober 2021 oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) ini menunjukkan seorang anak laki-laki mengarungi banjir menuju sebuah Puskesmas di Pariaman, setelah hujan deras memicu banjir dan tanah longsor di daerah tersebut. (Foto: AFP/BNPB handout)
Lebih dari 300 rumah dan 80ha sawah di Padang Pariaman terendam.
Angin kencang juga merusak rumah, kios dan kendaraan, serta merobohkan pohon.
Satu orang tewas dan empat lainnya luka-luka ketika satu orang menimpa mereka saat mereka mengunjungi kuburan pada hari Rabu.
Pemerintah setempat telah mengumumkan keadaan darurat selama 14 hari dan membuka dapur umum.
Di ibukota provinsi Sumatera Barat Padang, lebih dari 400 orang telah dievakuasi setelah hujan lebat menyebabkan banjir di kota.
Tanah longsor dan banjir bandang yang fatal sering terjadi di seluruh Indonesia selama musim hujan, yang dimulai pada bulan September di Sumatera.
Bencana sering disebabkan oleh deforestasi dan perencanaan mitigasi yang buruk, menurut para pemerhati lingkungan.
Post Comment